Dalam hal ini tentu yang dimaksud dengan teroris ialah pasukan Taliban. Setelah pemerintah Taliban yang dipimpin oleh Mullah Umar yang picak itu, satu matanya buta, dijatuhkan oleh militer Amerika, maka Taliban memencar ke berbagai daerah melanjutkan perang gerilya.
Sebagian berada dalam wilayah Afghanistan, terutama di bagian selatan sekitar kota Kandahar, sebagian lagi melintasi tapalbatas dan berada di daerah Waziristan yang sukar dikontrol penuh oleh pemerintah Pakistan di Islamabad.
Belakangan ini sering terdengar berita mengenai meningkatnya aktivitas militer Taliban di Kandahar di mana mereka menguasai sebagian besar daerah di luar kota-kota. Lantaran Presiden Pervez Musharraf, kandati menyatakan dirinya sebagai sekutu Amerika dan konco Presiden Bush dalam melakukan perang anti teroris, namun dalam praktek
Pakistan melaksanakan siasat bermuka dua. Musharraf kendati sudah menerima bantuan AS sebesar 10 miliar dolar sampai sekarang tidaklah bersungguh-sungguh mengejar teroris.
Malahan Taliban yang dulu semasa Afghanistan diduduki oleh tentara Uni Soviet dibina dan dibesarkan oleh IIS yakni badan intel militer Pakistan sampai sekarang pun secara diam-diam diberikan keleluasan bergerak kepada anggota-anggota bersenjata Taliban yang mondar mandir dari Afghanistan ke Pakistan.
Bila ditekan oleh AS kenapa Pakistan bersikap demikian, terima duit dari AS boleh, tapi mengejar teroris dan Taliban di Pakistan setengah-setengah hati, dan diapakan saja duit Amerika yang bermiyar-milyar itu, maka Pakistan menjawab buat sebagian digunakan membeli senjata oleh selebihnya untuk membiayai siap siaga terhadap India yang sebagaimana pun masih tetap merupakan ‘musuh’ Pakistan lantaran masalah Kashmir yang sudah berusia 60 tahun itu tidak kunjung juga diselesaikan.
Amerika menghadapi dilema Musharraf ini yang sejak pemilu DPR bulan Maret yang lalu menaikkan kabinet baru. Musharraf tidak lagi sebegitu kuat kedudukannya seperti delapan tahun yang lalu.
Kalangan pengacara dan hakim di Pakistan menuntut terus, supaya hakim Mahka-mah Agung yang tahun yang lalu dipecat oleh Musharraf direhabilitasi kedudukannya. Soal masih terkatung-katung.
Ketidakpastian memberikan peluang lebih banyak bagi Taliban yang sembunyi dan berada di wilayah Pakistan buat mengkonsolidasi diri dan selangkah demi selangkah berusaha comeback, merebut kekuasaan lagi di Afghnistan.
Saya baca dalam buku wartawan pemimpin redaksi suratkabar AL Quds al-Arabi di London ‘Riwayat rahasaia Al Qaidar (2007) bahwa gerakan Taliban timbul dari kalangan pejuang Mujahidin yang melawan tentara pendudukan Uni Soviet di Afghanistan tahun 1980an.
Mujahidin ini diperlakukan oleh Amerika masa itu sebagai pahlawan-pahlawan, yang berjuang melawan komunisme. Taliban mendapat sukses, karena benar-benar melaksanakan syariat Islam.
Taliban memberikan tepat yang digunakan sebagai markas oleh Al Qaidah. Osama bin Laden ketika tanggal 18 Mei 1996 tiba di Jalalabad dari Sudan di Afrika mendapat perlindungan dari Syeikh Yuni Khan, seorang pemimpin mujahidin. Mulanya Yunis Khan bersikap waspada dan hati-hati terhadap gerakan Taliban, kemudian dia sadar harus berbaik-baik dengan Taliban.
Taliban tumbuh di Kandahar yang tercabik-cabik dalam pertempuran di antara kepala-kepala suku yang bersaing satu sama lain. Taliban mulai sebagai gerakan pelajar yang bersekolah di madrasah-madrasah, di pesantren-pesantren yang sedari awal dibantu oleh dinas intel Pakistan.
Tatkala salah satu panglima mujahidin pada tahun 1994 menculik seorang gadis dari kota dan memerkosanya, maka Taliban berontak dan mulai melancarkan perlawanan terhadap kepala-kepala suku (tribal chiefs).
Taliban memperoleh bantuan penduduk setempat. Taliban segera menya-takan syariat Islam sebagai hukum di Kandahar. Taliban menciptakan keterlibatan dalam sebuah kekacauan yang luar biasa. Kota-kota dan desa-desa lain mengikuti contoh lalu memberontak terhadap panglima-panglima mujahidin.
Konon bantuan Taliban diminta dalam perlawanan itu. Yang sangat menentukan ialah keputusan ISI atau dinas intel militer Pakistan untuk menentang pemerintah PM Rabbani di Kabul dan membantu serta mepersenjatai Taliban. Ketika Osama bin Laden tiba di bulan Mei 1996, maka Taliban di mana-mana mempunyai benteng pertahanan.
Osama mengkaji gerakan Taliban yang didepatinya bebas dari korupsi dan dengan cara yang masuk akal telah melaksanakan sistim syariat. Osama mengadakan kontak dengan Taliban yang disetujuinya bulan Juni 1996. Perlahan-lahan bertumbuh kontak yang bagus dengan Taliban.
Ketika Taliban 11 September 1996 menaklukkan Jalalabad, maka Osama bin Laden berada di pihak Taliban. Syeikh Yunis Khan dengan rasa tidak senang menyerahkan diri kepada Taliban dan diizinkan untuk tetap tinggal di daerah kekuasaannya Osama bin Laden berperan dalam kemenangan terakhir Taliban merebut ibukota Kabul tanggal 27 September 1996.
Selasa, 05 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar