Diriwayatkan dari harian Jawa Pos, Sabtu 31 Januari 2009.
Masuk ke Sarang Izzudin Al Qassam, Sayap Militer Hamas (2)
Bocah 14 Tahun Sudah Lihai Memegang AK-47JURU Bicara Hamas Fauzin Barhoum tersenyum ketika ditanya Jawa Pos apakah penghancuran Gaza oleh mesin perang Israel yang menewaskan lebih dari 1.600 orang tak membuat Hamas dibenci rakyat Palestina.
”Sama sekali tidak. Justru malah membuat kami semakin kuat. Anda akan lihat sendiri,” kata pria yang juga orang nomor empat di Hamas itu. Alasan Fauzin, Hamas dan juga Brigade Izzudin Al Qassam sangat mengakar di masyarakat.
Fauzin kemudian menguraikan pandangannya. ”Sekarang, mari kita telaah,” katanya. Dalam invasi yang terakhir, Israel memenangkan apa, menderita kerugian apa, dan Hamas kehilangan apa, memenangkan apa. ”Mengerahkan 40 persen kekuatannya, Israel hanya mengebom dan menembaki rakyat Palestina secara membabi buta begitu saja. Tapi, apa yang mereka menangkan?” katanya.
Fauzin juga mempertanyakan mengapa tiba-tiba Israel menghentikan serangan dengan mengumumkan gencatan senjata secara sepihak. ”Bila Olmert (Ehud Olmert, PM Israel, Red) mengatakan telah mencapai apa yang menjadi tujuannya, itu jelas omong besar. Kami malah semakin kuat,” katanya. Dari hitung-hitungan Fauzin, setidaknya 80 tentara Israel tewas dan belasan tank Merkava berhasil dihancurkan pejuang Hamas.
Selain 1.600 rakyat Palestina tewas, Hamas ”hanya” kehilangan 48 anggota intinya. ”Praktis, dalam agresi Israel lalu, boleh dibilang kami hanya berbuat sedikit saja. Dan, jangan lupa, kami sudah siap menerima serangan Israel,” tambahnya.
Dengan fakta seperti itu, Fauzin kembali mempertanyakan siapa memenangkan apa dan siapa yang mengalami kekalahan. ”Kekuatan kami tak juga melemah, bahkan semakin kuat. Selain itu, sejak awal serangan dilancarkan, kami menerima banyak permintaan syahid dari rakyat Palestina,” imbuhnya.
Fauzin tidak asal omong. Di Jalur Gaza, Hamas memang sangat kuat mengakar. Kondisi psikologi sosial di sana memang mendukung. Pertama, karena sedikitnya ”pilihan” idola di sana, anak-anak muda Jalur Gaza sangat mengidolakan pejuang-pejuang Izzudin Al Qassam.
Tak seperti Indonesia yang memiliki sekian saluran televisi dengan berbagai hiburan sejak bangun tidur hingga tidur lagi, saluran televisi (satu-satunya hiburan yang ada) hanya menyiarkan represi yang diterima Hamas, penderitaan rakyat Palestina, siaran religius yang membakar semangat jihad, dan film propaganda Izzudin Al Qassam. Tak heran, anak muda Jalur Gaza sangat terpesona dan begitu ingin menjadi bagian dari Hamas.
Selain itu, warga di Gazanya mengenal senjata sejak usia dini. Sebab, setiap anggota Al Qassam menyimpan senjata di rumah. Peralatan standar mereka adalah sebuah kevlar (rompi anti peluru), dua granat, sebuah AK-47 atau M-16, sepucuk pistol, tiga magasin, dan ratusan peluru.
Tentu saja anak-anak kecil di Hamas sering melihat kakak-kakaknya tampak gagah menenteng senjata. Selain itu, si kakak juga tak ”pelit” mengajari adik-adiknya memegang senjata. Jawa Pos melihat sendiri adik seorang anggota brigade yang berusia 14 tahun sudah lancar membuka dan mengunci AK-47, melepas magasin, mengisi peluru, memasangnya kembali, dan membidik dalam waktu sangat cepat. ”Saya ingin menjadi anggota Al Qassam,” kata Muhammad, nama bocah tersebut.
Hamas (dan Izzudin Al Qassam) juga memperlakukan anggota yang terbunuh dengan istimewa. Selain tak pernah menyebut ”tewas” (lebih suka menyebutnya dengan syahid), mereka membuat poster anggotanya itu dalam jumlah banyak dan ditempel di sepanjang gang. Bahkan, sebagian juga dibuatkan semacam buku biografi. Foto dalam poster itu ”dimontase” sedemikian rupa sehingga terlihat gagah mengenakan seragam militer dan menenteng senjata.
Karena itu, mati pun bukan menjadi sesuatu yang menakutkan para anak muda Palestina. ”Kami semua menunggu giliran untuk syahid. Kami menanti itu,” kata Hamzah, salah seorang anggota penting di fasheel Brigade Izzudin Al Qassam, Gaza City.
Hamzah mengakui, semua anggota Al Qassam akan menjawab ‘’siap” bila sewaktu-waktu mendapat perintah syahid. Selain itu, beberapa cerita mengenai ”karomah” para syuhada itu pun muncul. Misalnya, cerita tentang Mahmood Siam, anggota Izzudin Al Qassam yang tewas di medan pertempuran Jabaliya setelah membunuh enam orang tentara Israel.
Kabarnya, sebelum syahid, Mahmood sempat menelepon ibunya. Itu mengherankan karena Mahmood telah bersembunyi di sebuah terowongan selama empat hari. ”Tidak ada listrik, tidak ada pulsa, dan tidak ada sinyal. Bagaimana bisa dia menghubungi ibunya dan kemudian berpamitan syahid,” kata Hamzah.
Selain itu, Hamzah menunjukkan kepada Jawa Pos sebuah bandana berbau wangi yang dikenakan seorang pejuang Hamas yang tewas. ”Ini sudah dua minggu, tapi bandananya selalu wangi. Padahal, sama sekali tak pernah diberi parfum,” ucap Hamzah.
Cerita soal kafan yang berbentuk wajah bidadari yang seolah-olah mencium pejuang Hamas yang meninggal dan sejumlah cerita ”mistis” lain pun sering terdengar.
Terlepas dari benar atau salah, cerita-cerita tersebut mendorong tekad syahid dan berani mati anggota Izzudin Al Qassam semakin tinggi. Tidak ada yang ragu untuk menyatakan syahid. (bersambung)
(komentar saya: )
Tidak mengherankan, dengan semangat jihad & keinginan syahidnya yang tinggi meskipun hanya memiliki alat-alat militer yang terbatas, HAMAS/Izzudin Al Qassam tiap malam maupun di siang bolong masih mampu menghadirkan mimpi buruk bagi tentara & orang-orang Israel.
Jumat, 01 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Jihad di jalan Allah
Posting Komentar