Abu Said meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Abdullah bin Marzuq pada masa mudanya sangat berlimpah harta dan serba kecukupan. Pada suatu hari ia minum sambil bersenang-senang dan berfoya-foya. Ia melalaikan sholat zhuhur, ashar, dan maghrib. Istri selirnya selalu mengingatkannya. Ketika dating waktu isya’, istri selirnya membawa bara api dan meletakkannya di kaki Abdullah. Ia pun meringis kesakitan dan berkata, “Apa ini?” istri selirnya menjawab, “Bara dari api dunia. Maka apa yang akan engkau lakukan dengan api akhirat?”
Maka Abdullah pun menangis hebat. Ia berdiri untuk menunaikan sholat sambil ters menangis.
Abdullah tertegun dan merenungi dirinya dan perkataan istri selirnya itu. Ia berpandangan bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali meninggalkan segala hartanya. Lalu ia pun membebaskan perempuan-perempuan simpanannya, dan melepaskan dari segala keterikatan kepadanya dan menginfakkan harta yang tersisa. Ketika datang Sufyan bin Uyainah dan Fudhail bin Iyadh mengunjunginya, mereka tidak mendapatkan sesuatu kecuali mentega. Sufyan berkata kepadanya, “Sesungguhnya Allah akan mendatangkan ganti apa-apa yang ditinggalkan oleh hamba-Nya karena Allah. Maka apa yang diberikan kepadamu sebagai gantinya?” Abdullah menjawab, “Keridhaanku dengan apa yang ada padaku.”
Maksudnya, dengan kemuliaan zuhud terhadap dunia yang hina ini yang penuh dengan kerusakan dan fitnah. Seorang hakim menggambarkan dunia dengan ungkapannya:
“Bila telah lepas, dilepaskan
Bila telah deras, dideraskan
Bila telah nampak, dinampakkan
Bila telah bagus, dibaguskan
Berapa banyak orang sakit telah kita kunjungi dan kita belum kembali
Berapa banyak kuburan dibangun namum kita belum bertaubat
Berapa banyak raja yang memiliki tanda-tanda ketika ia telah tinggi lalu ia pun mati.”
Selasa, 24 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar